TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Ada Apa Dengan APH Kabupaten Pamekasan ?

Jatim Aktual Opini, | Maraknya dugaan korupsi yang ada di kabupaten pamekasan sejak awal kepemimpinan badruttaman tak menjamin APH (aparat penegak hukum) bertaring, berbagai kasus dugaan korupsi di pamekasan mencuat, tetapi APH seolah ciut di tangan bupati. Munculnya dugaan kasus mobil sigap tak membuat aparatur pemkab ciut menghadapi persoalan hukum, tak hanya itu di kasus-kasus lain semisal seperti kominfo hanya gertak sambal dari APH sehingga hanya mengorbankan oknom pegawai yakni bawahan tidak kepada pimpinan yang menjabat.

Padahal otoritas kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan / program dinas pasti tidak lepas dari tanda tangan kepala dinas.Kemudian di dinas yang lain seperti disprindag sampai detik ini soal program gelaran batik bak air di telan bumi, sebab tak ada satupun APH yang berani menampilkan jangkar taringnya untuk menetapkan salah satu tersangka, lagi-lagi sepertinya mulus di tangan dingin para pimpinan elit.

Padahal kegiatan tersebut tak sedikitpun membantu para pelaku batik di pamekasan, itu hanya angan-angan bupati tidak lain hanya ingin membuat terkenal di kalangan public.

Bupati yang semula adalah penjual krupuk di masa kuliahnya terkesan tak bertanggung jawab dalam setiap apa yang terjadi di dinas-dinas terkait.

Siapa yang tak kenal bupati (Badruttamam) visioner di jatim, selalu tampil dengan narasi cerdik dan gagasan luar biasa tetapi kandas di tangan anak buahnya dengan tidak maksimalnya beberapa program.

Bukan badruttamam kalau tidak menggeser para kepala dinas yang kompeten di bidangnya, bahkan tidak hanya di geser ke dinas yang lain, tapi juga menjadikan beberapa kepala dinas yang pandai di bidangnya menjadi stafnya.

Maka jangan heran jika terkuak difisitnya anggaran di kabupaten pamekasan, sebab yang kita bisa nilai ialah pencitraan seorang bupati dengan anggaran yang begitu funtastis hanya ingin tampil di media nasional.

Tak heran juga jika seorang pemimpin ingin tampil di media nasional asalkan dengan prestasi yang jelas pun dengan program infrastruktur yang tampak. Tak seperti di pamekasan dengan carut marutnya anggaran.

Bantuan bedah rumah banyak di galakkan oleh para pengikutnya, tak heran pula jika hasilnya juga sebagian nihil, sebab biaya rumah tersebut tidak seberapa. Tapi apalah daya, terpenting adalah niat baiknya, walaupun terkadang penerima program bedah rumah juga masih lontang-lantung cari pinjaman untuk memaksimalkan rumah barunya.

Lagi-lagi APH (aparat penegak hukum)tak ikut memlototi program tersebut, sepertinya sudah tersiram air, sehingga basah kuyup. Kemudian masih ingatkah dengan kegiatan eks rumah sakit?, kabarnya sebagai penampungan para pelaku UMKM atau para PKL?. Siapa sekarang penikmatnya dan berapa yang mendaftar/atau siapa yang sudah terdaftar?. Halo aparat penegak hukum,? KEJARI? Bahkan pihak kepolisian?, insepektorat? Apa kabar kalian?. Apakah sudah terfikirkan asas manfaatnya?, atau sudah bisa di perhatikan plen pembangunannya?, nah lagi-lagi ibarat orang mimpi besar atau orang yang junub.

Kontroversi pembangunan tersebut tak membuat sadar para pejabat untuk kemajuan pamekasan, yang ada para PKL semakin merajarela di pinggir jalan.

Penataan ruang yang harusnya membuat pamekasan semakin asri ternyata semakin miris tak berarti, gerobak-gerobak berjejeran di pinggiran jalan tak membuat sedikitpun merubah hasrat pejabat untuk melakukan penindakan secara aturan.

Satpol PP sebagai penegak aturan malah tak bertaring ibarat macan ompong yang tidak bisa makan. Ahh tapi inilah pamekasan, kota yang sudah mulai suram, dan tak tergambarkan sebagai kota pendidikan. Sayang seribu sayang, nyaris kota yang hampir tak bertuan…!!!

Kurang lebih dari tujuh bulan bupati akan lengser dari jabatan, masak iya akan meninggal jejak digital yang tak ber-aturan?, atau mungkin ada pahlawan yang di persiapkan untuk memperbaiki segala aturan/kebijakan?
Terakhir yang ingin penulis sampaikan bahwa penulis tidak mencari celah atau salah, tapi penulis hanya ingin mengingatkan kepada APH (aparat penegak hukum)dan pejabat yang lain untuk membuka mata selebar-lebarnya, dan memekarkan telinganya, karena bagi penulis masih banyak kegiatan/program pemerintah yang tak sesuai harapan.

Janji bupati tak seperti yang tergambarkan pada saat kampanye dulu,ibarat daun tembakau yang kering di rantingnya tak indah pandang. Apa kabar tuan.(Ibs)

Editor: Sugeng hariya